Senin, 01 November 2010

Hampir setiap hari di TV ada berita yang menayangkan kekerasan yang dilakukan guru terhadap peserta didik (murid) hampir diseluruh daerah. Seperti fenomena gunung es puncanya sedikit kelihatan, tapi kekerasan yang tidak diekspose mungkin sangatlah banyak. Cerita orang-orang tua jaman dulu ketika mereka masih sekolah pada tahun 60-70an bahkan 80an dunia pendidikan sangatlah disiplin dan keras sebab dengan menggunakan metode itu dipercaya bahwa perilaku positif anak akan terbentuk. Misalnya murid duduk dibangku harus duduk dengan sikap sempurna, tidak boleh berisik, jika melanggar ataupun tidak bisa mengerjakan soal maka hukuman fisik sudah biasa menjadi jatah yang harus diterima, seperti dipukul penggaris kayu besar, lari keliling lapangan, berdiri didepan kelas, dijemur, dijewer, dan lain sebagainya. Maka satu-satunya jalan supaya lolos dari kena hukuman adalah belajar dan disiplin sehingga jebolan murid jaman jadul itu bisa dihandalkan, coba saja Tanya perkalian pada orang-orang tua pasti mereka masih mengingatnya tidak seperti murid jaman sekarang isi Pancasila dan lagu kebangsaan pun sudah diluar kepala alias tidak ingat lagi.
Jika ditengok jauh kebelakang hukuman fisik adalah warisan budaya kolonial berupa tindakan yang menyakiti secara fisik. Orang-orang yang dijajah tidak diperlakukan sebagai manusia tetapi lebih kepada benda. Tapi jaman sudah berubah, hukuman fisik yang berbau kekerasan mulai ditinggalkan karena tidak sesuai untuk diterapkan, juga karena adanya HAM yang berlaku. pemerintah pun telah memberikan petunjuk supaya guru menjalankan profesi sebagai pendidik yang humanis dan mengedepankan nilai pedagogis karena secara sosio-filosofis sejak manusia dilahirkan di dunia, mereka dipenuhi dengan berbagai lumuran cinta, kasih-sayang sang ibu. Di sekolah, guru haruslah menjadi pengganti sang ibu yang menyayangi dan empatik terhadap perkembangan psikologis anak didiknya bukannya menjadi sosok monster yang menakutkan bagi peserta didik. Penyebab guru melakukan kekerasan karena masih banyak guru yang mengajar sekedar menjalankan kewajiban, guru memperlakukan murid sebagai subyek saja. Targetnya tercapai kurikulum tanpa paham akan makna kekerasan dan akibat negatifnya. Guru mengira bahwa peserta didik akan jera karena hukuman fisik. Sebaliknya, siswa akan membenci dan tidak respek lagi kepada guru. Kekerasan bisa terjadi karena pendidik sudah tidak atau sangat kurang memiliki  rasa kasih sayang terhadap murid, atau dahulu ia sendiri diperlakukan dengan keras. Selain itu guru juga manusia biasa yang bisa khilaf, hilang kesabaran, punya permasalahan dan tingkat emosional yang berbeda pula.
Dampak yang akan muncul dari kekerasan akan melahirkan pesimisme dan apatisme dalam sebuah generasi. Selain itu terjadi proses ketakutan dalam diri anak untuk menciptakan ide-ide yang inovatif dan inventif. Kepincangan psikologis ini dapat dilihat pada anak-anak sekolah saat ini yang cenderung pasif dan takut berbicara dimuka kelas, bolos ketika guru galak mengajar. Sedangkan dalam keluarga, anak yang sering diberi hukuman fisik akan mengalami gangguan psikologis dan akan berperilaku lebih banyak diam dan selalu menyendiri selain itu terkadang melakukan kekerasan yang sama terhadap teman main, kekerasan terhadap adik kelas, terjadi senioritas dan kekerasan lain dalam dunia pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar